Ismesoft — Omset Restoran: Dalam menjalankan sebuah bisnis kuliner, banyak pemilik restoran terlalu fokus pada rasa makanan dan pelayanan, namun lupa bahwa ada satu aspek penting yang menentukan keberlangsungan usaha, yaitu omset restoran. Omset menjadi tolak ukur seberapa besar pendapatan yang masuk dari penjualan makanan dan minuman dalam periode tertentu, baik harian, mingguan, maupun bulanan.
Mengapa omset restoran begitu penting? Karena dari angka inilah pemilik usaha bisa menilai apakah strategi yang dijalankan sudah efektif atau masih perlu diperbaiki. Dengan memahami omset, pemilik restoran bisa mengetahui menu mana yang paling laris, hari apa restoran paling ramai, serta berapa potensi keuntungan yang bisa diperoleh setelah dikurangi biaya operasional.
Sayangnya, masih banyak pelaku usaha kuliner yang salah kaprah dalam memahami omset. Tidak jarang omset dianggap sama dengan laba bersih, padahal keduanya memiliki perbedaan mendasar. Jika tidak memahami perbedaan ini, pemilik restoran bisa salah dalam mengambil keputusan bisnis.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Omset Restoran?

Secara sederhana, omset restoran adalah total pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan seluruh makanan dan minuman dalam periode tertentu, sebelum dikurangi biaya apa pun. Omset sering juga disebut sebagai “pendapatan kotor” karena masih mencakup semua pemasukan tanpa memperhitungkan biaya bahan baku, gaji karyawan, sewa tempat, listrik, dan kebutuhan operasional lainnya.
📌 Contoh sederhana:
Jika sebuah restoran menjual 100 porsi ayam geprek dengan harga Rp20.000 per porsi dalam satu hari, maka omset harian dari menu tersebut adalah:
100 x Rp20.000 = Rp2.000.000
Apabila restoran tersebut juga menjual minuman dan menu lain, maka semua pemasukan dari penjualan ditotal untuk mengetahui omset keseluruhan.
Perbedaan Omset, Laba Kotor, dan Laba Bersih
Banyak pemilik usaha kuliner sering salah kaprah dengan menyamakan omset, laba kotor, dan laba bersih. Padahal, ketiganya memiliki arti yang berbeda:
Omset (Pendapatan Kotor): Semua uang hasil penjualan tanpa dikurangi apa pun.
Laba Kotor: Omset dikurangi biaya bahan baku atau biaya langsung produksi.
Laba Bersih: Laba kotor dikurangi biaya operasional lainnya, seperti gaji karyawan, listrik, air, sewa, dan pajak.
Contoh singkat:
Omset harian: Rp5.000.000
Biaya bahan baku: Rp2.000.000
Biaya operasional: Rp1.500.000
Laba bersih = Rp5.000.000 – Rp2.000.000 – Rp1.500.000 = Rp1.500.000
Pentingnya Memahami Omset Restoran
Kenapa memahami omset itu penting? Karena omset adalah dasar dari semua analisis keuangan restoran. Dengan mengetahui omset, Anda bisa:
Mengukur performa penjualan harian, mingguan, dan bulanan.
Membandingkan kinerja restoran dari waktu ke waktu.
Menentukan strategi pemasaran dan promosi berdasarkan data penjualan.
Mengetahui potensi keuntungan sebelum menghitung biaya operasional.
Singkatnya, omset restoran adalah “napas” bagi bisnis kuliner, karena tanpa pencatatan yang jelas, pemilik usaha tidak akan tahu apakah restorannya berkembang atau justru merugi.
Cara Menghitung Omset Restoran

Menghitung omset restoran sebenarnya tidak sulit, tetapi harus dilakukan dengan teliti dan konsisten agar hasilnya akurat. Omset bisa dihitung harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan, tergantung kebutuhan pemilik usaha.
1. Rumus Dasar Omset Restoran
Secara umum, rumus menghitung omset sangat sederhana:
Omset = Jumlah Penjualan x Harga Jual
Namun dalam praktiknya, restoran biasanya memiliki banyak menu dengan harga berbeda. Karena itu, setiap menu harus dicatat secara terpisah, lalu dijumlahkan untuk mendapatkan total omset.
2. Langkah-Langkah Menghitung Omset Restoran
Agar lebih terstruktur, berikut langkah yang bisa diterapkan:
Catat semua transaksi penjualan harian.
Misalnya jumlah porsi nasi goreng, ayam bakar, hingga minuman.Hitung total penjualan tiap menu.
Caranya: jumlah terjual x harga jual per porsi/menu.Jumlahkan seluruh total penjualan.
Dari sini Anda mendapatkan omset harian.Akumulasi sesuai periode yang diinginkan.
Omset harian → untuk melihat performa sehari.
Omset mingguan → untuk mengecek tren penjualan dalam seminggu.
Omset bulanan → untuk laporan keuangan dan evaluasi strategi bisnis.
3. Contoh Perhitungan Omset Restoran
Contoh Laporan Omset Harian (Restoran A)
Menu | Jumlah Terjual | Harga Jual | Total Penjualan |
---|---|---|---|
Nasi Goreng | 200 porsi | Rp25.000 | Rp5.000.000 |
Ayam Bakar | 150 porsi | Rp30.000 | Rp4.500.000 |
Es Teh Manis | 300 gelas | Rp5.000 | Rp1.500.000 |
Jus Alpukat | 100 gelas | Rp15.000 | Rp1.500.000 |
Total Omset | Rp12.500.000 |
Dari tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa dalam satu hari, restoran memperoleh omset Rp12.500.000.
Jika restoran buka 30 hari dalam sebulan dan penjualan stabil, maka omset bulanannya sekitar:
Rp12.500.000 x 30 = Rp375.000.000
4. Tips Agar Perhitungan Omset Akurat
Gunakan mesin kasir digital atau aplikasi POS (Point of Sales) untuk mencatat transaksi otomatis.
Buat laporan harian agar tidak ada data yang terlewat.
Pisahkan antara transaksi dine-in, take away, dan delivery.
Lakukan audit sederhana setiap minggu untuk menghindari kesalahan pencatatan.
Faktor yang Mempengaruhi Omset Restoran

Besarnya omset restoran tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah pelanggan, tetapi juga oleh banyak aspek lain yang saling berkaitan. Dengan memahami faktor-faktor ini, pemilik usaha bisa menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi omset restoran:
1. Lokasi Restoran
Lokasi menjadi salah satu faktor paling menentukan. Restoran yang berada di kawasan ramai seperti pusat kota, dekat kampus, perkantoran, atau pusat perbelanjaan biasanya memiliki peluang mendapatkan omset lebih tinggi dibandingkan yang berada di area sepi.
Contoh: Restoran di pinggir jalan utama cenderung lebih ramai daripada restoran di gang kecil yang sulit ditemukan.
2. Menu dan Harga Jual
Kualitas rasa, variasi menu, serta harga yang sesuai dengan target pasar sangat memengaruhi tingkat penjualan. Menu yang unik dan memiliki value for money tinggi biasanya lebih menarik pelanggan.
Misalnya, restoran yang menjual menu paket hemat sering mendapatkan omset lebih besar karena konsumen merasa mendapat harga lebih terjangkau.
3. Kualitas Pelayanan
Pelayanan yang ramah, cepat, dan profesional bisa menciptakan pengalaman positif bagi pelanggan. Konsumen yang puas cenderung kembali lagi dan bahkan merekomendasikan restoran kepada orang lain.
Satu pelanggan setia bisa membawa 5–10 pelanggan baru melalui rekomendasi.
4. Strategi Promosi dan Branding
Tanpa promosi, restoran akan sulit dikenal. Promosi bisa dilakukan secara offline (spanduk, brosur, diskon) maupun online (Instagram, TikTok, Google Maps, aplikasi food delivery).
Branding yang konsisten, seperti desain logo, dekorasi ruangan, hingga kemasan makanan, juga membuat restoran lebih mudah diingat konsumen.
5. Tren Konsumen
Selera pasar selalu berubah. Restoran yang mengikuti tren makanan dan gaya hidup akan lebih mudah menarik perhatian.
Contoh tren: minuman boba, makanan Korea, atau konsep healthy food. Restoran yang cepat beradaptasi dengan tren biasanya mampu menjaga omset tetap tinggi.
6. Kompetitor di Sekitar Lokasi
Jumlah dan kualitas pesaing di sekitar restoran juga berpengaruh. Jika ada banyak restoran dengan menu serupa, persaingan harga dan kualitas tidak bisa dihindari.
Strategi diferensiasi (menu unik, pelayanan istimewa, atau konsep restoran berbeda) menjadi kunci agar tetap unggul.
7. Manajemen Operasional
Omset yang tinggi tidak akan berarti jika manajemen operasional buruk. Pengelolaan stok bahan baku, jadwal kerja karyawan, dan kontrol biaya harian sangat memengaruhi pendapatan.
Misalnya, jika bahan baku sering terbuang karena tidak terkontrol, maka meski omset tinggi, keuntungan bisa menurun drastis.
8. Musim dan Kondisi Eksternal
Faktor musiman seperti bulan Ramadan, liburan sekolah, atau hari raya biasanya meningkatkan jumlah pelanggan. Sebaliknya, kondisi eksternal seperti pandemi atau kenaikan harga bahan baku bisa menurunkan omset secara signifikan.
Strategi Meningkatkan Omset Restoran

Meningkatkan omset restoran bukan hanya soal menambah jumlah pelanggan, tetapi juga bagaimana membuat setiap pelanggan bertransaksi lebih banyak dan lebih sering. Ada berbagai strategi praktis yang bisa diterapkan oleh pemilik restoran untuk meningkatkan pendapatan.
Berikut beberapa cara yang terbukti efektif:
1. Optimalkan Kehadiran Online
Di era digital, calon pelanggan biasanya mencari restoran lewat internet. Karena itu, penting untuk:
Daftarkan restoran di Google Maps (Google Business Profile) agar mudah ditemukan.
Gunakan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook untuk menampilkan menu, promo, dan testimoni pelanggan.
Bergabung dengan aplikasi food delivery (GoFood, GrabFood, ShopeeFood) untuk memperluas jangkauan konsumen.
Semakin mudah restoran ditemukan secara online, semakin besar peluang omset meningkat.
2. Tawarkan Program Loyalitas Pelanggan
Membangun pelanggan setia lebih menguntungkan daripada terus mencari pelanggan baru. Program loyalitas bisa berupa:
Kartu poin: beli 10 kali, dapat 1 gratis.
Voucher diskon untuk kunjungan berikutnya.
Promo khusus bagi pelanggan yang follow akun media sosial restoran.
Strategi ini mendorong pelanggan untuk kembali berkunjung sehingga omset lebih stabil.
3. Terapkan Strategi Upselling dan Cross-Selling
Latih karyawan untuk menawarkan menu tambahan saat pelanggan memesan. Misalnya:
“Mau tambah es teh manis, Kak?”
“Kalau pesan paket hemat, sudah termasuk dessert dan minuman, lebih murah loh.”
Dengan cara ini, nilai transaksi per pelanggan bisa meningkat tanpa harus menambah jumlah pengunjung.
4. Inovasi Menu dan Paket Hemat
Menu yang selalu sama bisa membuat pelanggan bosan. Beberapa ide inovasi:
Menu musiman (contoh: es buah segar di musim panas).
Paket hemat (misalnya paket berdua atau paket keluarga).
Menu spesial hari tertentu (contoh: diskon menu mie ayam setiap hari Rabu).
Inovasi ini bisa menarik pelanggan baru sekaligus membuat pelanggan lama lebih sering datang.
5. Manfaatkan Strategi Promosi
Promosi bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya:
Diskon saat jam sepi (happy hour) untuk menarik pelanggan.
Promo bundling (contoh: beli makanan + minuman lebih murah).
Bekerja sama dengan influencer kuliner untuk meningkatkan exposure.
Promosi yang tepat sasaran bisa meningkatkan traffic restoran dan mendongkrak omset dengan cepat.
6. Tingkatkan Kualitas Pelayanan
Pelayanan adalah kunci utama dalam bisnis restoran. Beberapa hal yang bisa diterapkan:
Sapa pelanggan dengan ramah.
Pastikan makanan disajikan tepat waktu.
Tanggapi kritik dan saran dengan positif.
Pengalaman yang menyenangkan akan membuat pelanggan kembali lagi dan merekomendasikan restoran Anda ke orang lain.
7. Efisiensi Operasional
Omset yang tinggi tidak otomatis berarti keuntungan tinggi jika biaya operasional boros. Beberapa langkah efisiensi:
Atur stok bahan baku dengan baik agar tidak terbuang.
Gunakan supplier yang konsisten dengan harga stabil.
Manfaatkan aplikasi kasir/POS untuk memantau transaksi dan inventaris.
Efisiensi membuat restoran tetap untung besar meski omset stabil.
8. Analisis Data Penjualan
Pantau data omset harian, mingguan, dan bulanan. Dengan analisis sederhana, pemilik restoran bisa mengetahui:
Menu paling laris.
Hari paling ramai.
Pola belanja pelanggan.
Dari sini, strategi bisa lebih tepat. Misalnya, jika Sabtu lebih ramai, buat promo khusus untuk menarik pelanggan di hari Senin yang biasanya lebih sepi.
Kesalahan Umum dalam Mengelola Omset Restoran

Mengelola omset restoran memang tidak selalu mudah. Banyak pemilik usaha kuliner yang hanya fokus pada peningkatan penjualan tanpa memperhatikan manajemen keuangan dan operasional secara menyeluruh. Akibatnya, meskipun omzet terlihat besar, keuntungan bisa saja tidak sesuai harapan. Berikut adalah beberapa kesalahan umum dalam mengelola omset restoran yang sering terjadi:
1. Tidak Memisahkan Omset dan Keuntungan
Banyak pelaku usaha menganggap omset sama dengan keuntungan. Padahal, omset restoran hanyalah total pendapatan dari penjualan, sementara keuntungan adalah hasil akhir setelah dikurangi biaya operasional, bahan baku, gaji karyawan, dan lain-lain. Kesalahan ini membuat pemilik restoran sering salah dalam menilai kesehatan bisnisnya.
2. Tidak Memantau Biaya Operasional
Restoran memiliki banyak biaya tetap dan variabel, mulai dari listrik, gas, bahan baku, hingga gaji karyawan. Jika biaya ini tidak dikontrol, maka omset yang besar pun bisa “habis” begitu saja. Kesalahan umum adalah tidak membuat catatan detail mengenai semua pengeluaran sehingga sulit melakukan evaluasi.
3. Mengabaikan Pencatatan dan Laporan Keuangan
Banyak restoran kecil hingga menengah masih menggunakan pencatatan manual atau bahkan tidak membuat laporan sama sekali. Akibatnya, pemilik tidak tahu produk mana yang paling laris, berapa margin keuntungan tiap menu, atau kapan penjualan menurun. Tanpa data, strategi bisnis hanya berdasarkan perkiraan.
4. Tidak Mengoptimalkan Menu
Restoran yang memiliki terlalu banyak menu sering kesulitan dalam manajemen stok bahan baku. Hal ini menyebabkan pemborosan dan biaya yang membengkak. Selain itu, menu yang tidak populer tetap dipertahankan padahal tidak memberikan kontribusi signifikan pada omset restoran.
5. Kurang Memperhatikan Pengalaman Pelanggan
Kesalahan lain adalah terlalu fokus pada angka omset tanpa memperhatikan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang kecewa karena rasa makanan tidak konsisten, pelayanan lambat, atau suasana restoran tidak nyaman, kemungkinan besar tidak akan kembali. Akibatnya, pertumbuhan omset menjadi stagnan.
6. Tidak Memanfaatkan Teknologi
Di era digital, masih ada restoran yang belum memanfaatkan sistem kasir modern, aplikasi delivery, atau media sosial untuk promosi. Padahal, teknologi bisa membantu pencatatan keuangan yang rapi, memperluas jangkauan pemasaran, serta meningkatkan efisiensi operasional.
Kesimpulan
Mengelola omset restoran bukan hanya soal berapa banyak pendapatan yang masuk setiap harinya, tetapi juga bagaimana cara mengoptimalkan penjualan, mengatur biaya operasional, serta menjaga kepuasan pelanggan. Omset yang besar belum tentu menjamin keuntungan yang sehat jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi pemilik usaha kuliner untuk memahami cara menghitung omset, mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya, hingga menerapkan strategi peningkatan yang tepat.
Beberapa poin utama yang bisa kita garis bawahi antara lain:
Omset restoran adalah total pendapatan kotor dari penjualan, bukan keuntungan bersih.
Faktor seperti lokasi, kualitas menu, pelayanan, promosi, dan tren pasar sangat berpengaruh pada besarnya omset.
Strategi seperti inovasi menu, pelayanan ramah, pemasaran digital, hingga pemanfaatan teknologi bisa membantu meningkatkan omset.
Kesalahan umum seperti tidak mencatat keuangan, tidak mengontrol biaya, atau mengabaikan pelanggan harus dihindari agar bisnis tetap sehat.
Dengan perencanaan yang matang, pencatatan keuangan yang rapi, serta fokus pada kepuasan pelanggan, omset restoran tidak hanya akan stabil, tetapi juga tumbuh secara berkelanjutan.
Bagi Anda yang sedang menjalankan bisnis kuliner, mulailah dari langkah kecil: evaluasi menu, perbaiki pelayanan, dan manfaatkan teknologi. Jika dilakukan konsisten, peningkatan omset bukan lagi sekadar harapan, melainkan hasil nyata yang bisa diraih.
Ismesoft
Untuk sobat yang baru merintis usaha baru, jangan takut karena Ismesoft siap membantu kawan entrepeneur semua untuk dapat mencari peluang dalam mengembangkan bisnis atau usaha dengan cara memberikan bantuan berupa asisten akuntansi digital yang praktis dan fungsional. Kawan entrepeneur dapat menghubungi kontak yang tertera pada website ini jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang produk unggulan kami. Terus nantikan kabar terbaru lainnya dari Ismesoft. Bagi kawan entrepeneur yang telah bekerja sama dengan Ismesoft, yuk tulis pengalaman yang kawan rasakan di kolom komentar ya. Nantikan terus tips, tutorial dan konten Ismesoft lainya yaa. Cuma di Ismesoft anda bisa menikmati kemudahan dalam mengatur keuangan tanpa repot menghitung! Cek website kami di Ismesoft.com