Ismesoft

Cara Menghitung BEP Bisnis Kuliner: Rumus, Contoh, dan Tips Lengkap

Cara Menghitung BEP Bisnis Kuliner

IsmesoftCara Menghitung BEP Bisnis Kuliner: Memulai usaha kuliner memang terlihat menjanjikan. Hampir setiap orang membutuhkan makanan setiap hari, sehingga pasar bisnis ini terasa luas dan tidak ada habisnya. Namun, di balik peluang besar tersebut, banyak pelaku usaha kuliner yang gagal bertahan karena tidak memahami dasar-dasar perhitungan keuangan, salah satunya adalah BEP (Break Even Point) atau titik impas.

BEP sangat penting karena menjadi penentu apakah bisnis kuliner Anda sehat atau justru berisiko merugi. Dengan mengetahui cara menghitung BEP, seorang pemilik usaha bisa memperkirakan berapa porsi makanan yang harus terjual setiap hari, berapa omzet minimal per bulan, hingga kapan modal awal dapat kembali. Tanpa perhitungan BEP, banyak pengusaha yang asal menetapkan harga jual, tidak sadar bahwa biaya operasional lebih besar daripada pendapatan, sehingga usaha cepat gulung tikar.

Daftar Isi

Apa Itu BEP (Break Even Point) dalam Bisnis Kuliner?

Apa Itu BEP (Break Even Point)

Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah kondisi di mana pendapatan usaha sama dengan total biaya yang dikeluarkan. Pada titik ini, bisnis kuliner Anda belum menghasilkan keuntungan, tetapi juga tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain, semua biaya yang Anda keluarkan untuk menjalankan usaha sudah tertutup oleh hasil penjualan.

Dalam konteks bisnis kuliner, BEP sering digunakan untuk menjawab pertanyaan sederhana:

  • “Berapa banyak porsi makanan yang harus saya jual agar tidak rugi?”

  • “Berapa omzet minimal per bulan agar usaha saya bisa menutup biaya operasional?”

Misalnya, jika biaya tetap bulanan (seperti sewa tempat dan gaji karyawan) mencapai Rp5 juta, harga jual per porsi makanan Rp20 ribu, dan biaya variabel per porsi Rp10 ribu, maka Anda bisa menghitung BEP untuk mengetahui berapa porsi makanan yang harus dijual setiap bulan agar usaha tidak merugi.

Mengapa BEP Penting untuk Usaha Kuliner?

Mengapa BEP Penting untuk Usaha Kuliner?

Di dunia bisnis kuliner, setiap rupiah yang keluar dan masuk harus dihitung dengan cermat. Banyak pemilik usaha makanan yang terlihat laris, warungnya selalu ramai, tetapi ketika dihitung ternyata masih merugi. Salah satu penyebabnya adalah tidak pernah menghitung BEP (Break Even Point) sehingga tidak tahu kapan bisnis benar-benar mulai menghasilkan keuntungan.

1. Menentukan Target Penjualan Harian dan Bulanan

Dengan menghitung BEP, Anda tahu berapa banyak porsi makanan yang harus terjual setiap hari atau berapa omzet minimal bulanan agar usaha tidak rugi. Misalnya, hasil perhitungan BEP menunjukkan warung Anda harus menjual minimal 20 porsi nasi ayam setiap hari. Jika penjualan di bawah angka itu, maka bisnis masih merugi.

2. Membantu Menentukan Harga Jual yang Tepat

Sering kali pengusaha kuliner menentukan harga hanya dengan menambahkan sedikit margin dari biaya bahan baku. Padahal, ada biaya lain seperti sewa tempat, gaji karyawan, listrik, dan promosi. Dengan perhitungan BEP, Anda bisa menetapkan harga yang lebih realistis tanpa membuat pelanggan kabur.

3. Alat Evaluasi Keuangan Usaha Kuliner

BEP dapat dijadikan tolok ukur kesehatan usaha. Jika penjualan Anda sudah melebihi titik impas, berarti bisnis mulai menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, jika penjualan selalu di bawah BEP, maka perlu evaluasi strategi, mulai dari promosi, lokasi, hingga manajemen biaya.

4. Membantu Perencanaan dan Pengambilan Keputusan

BEP bukan hanya angka, tetapi juga panduan untuk perencanaan bisnis. Dengan data BEP, Anda bisa memutuskan:

  • Apakah perlu menaikkan harga menu?

  • Apakah sudah saatnya menambah cabang atau justru harus menekan biaya operasional?

  • Bagaimana strategi promosi agar penjualan stabil di atas titik impas?

5. Meminimalkan Risiko Kerugian

Bisnis kuliner sangat kompetitif dan sensitif terhadap perubahan harga bahan pokok. Dengan menghitung BEP secara berkala, Anda bisa lebih cepat beradaptasi terhadap kenaikan harga, menekan biaya variabel, atau mengubah strategi penjualan agar tetap untung.

Singkatnya, BEP adalah fondasi keuangan dalam bisnis kuliner. Tanpa menghitungnya, usaha bisa berjalan tanpa arah, seolah ramai tetapi sebenarnya merugi. Dengan memahami BEP, Anda bisa mengelola usaha kuliner lebih bijak, terarah, dan berpeluang besar mencapai keuntungan berkelanjutan.

Rumus BEP untuk Bisnis Kuliner

Rumus BEP untuk Bisnis Kuliner

Setelah memahami pentingnya menghitung BEP, sekarang mari kita masuk ke inti perhitungannya. Dalam bisnis kuliner, ada dua cara umum untuk menghitung titik impas, yaitu BEP dalam unit (jumlah porsi makanan) dan BEP dalam rupiah (nilai penjualan).

1. BEP dalam Unit (Jumlah Porsi Makanan)

Rumusnya:

BEP (unit)=Biaya TetapHarga Jual per Porsi−Biaya Variabel per PorsiBEP \, (unit) = \frac{Biaya \, Tetap}{Harga \, Jual \, per \, Porsi – Biaya \, Variabel \, per \, Porsi}

Penjelasan:

  • Biaya tetap (fixed cost): biaya yang tidak berubah meskipun jumlah produksi berubah. Contoh: sewa tempat, gaji karyawan, listrik, pajak.

  • Harga jual per porsi: harga menu yang dijual ke konsumen, misalnya Rp20.000 per porsi.

  • Biaya variabel per porsi: biaya bahan baku untuk membuat satu porsi makanan, misalnya Rp10.000.

👉 Hasil perhitungan ini akan menunjukkan berapa porsi makanan yang harus terjual agar bisnis kuliner Anda berada di titik impas.

2. BEP dalam Rupiah (Nilai Penjualan)

Rumusnya:

BEP (Rp)=Biaya Tetap1−Biaya VariabelHarga JualBEP \, (Rp) = \frac{Biaya \, Tetap}{1 – \frac{Biaya \, Variabel}{Harga \, Jual}}

Penjelasan:

  • Rumus ini digunakan untuk mengetahui berapa omzet penjualan yang harus dicapai agar usaha kuliner tidak rugi.

  • Jika hasil BEP adalah Rp10 juta, artinya minimal usaha Anda harus menghasilkan omzet Rp10 juta per bulan untuk menutup semua biaya.

3. Contoh Sederhana Perhitungan BEP

Misalkan Anda membuka usaha warung makan dengan data berikut:

  • Biaya tetap bulanan: Rp5.000.000 (sewa + gaji karyawan)

  • Biaya variabel per porsi: Rp10.000 (bahan baku)

  • Harga jual per porsi: Rp20.000

Menghitung BEP dalam unit (porsi):

BEP=5.000.00020.000−10.000=5.000.00010.000=500 porsiBEP = \frac{5.000.000}{20.000 – 10.000} = \frac{5.000.000}{10.000} = 500 \, porsi

👉 Artinya, Anda harus menjual minimal 500 porsi per bulan untuk menutup biaya.

Menghitung BEP dalam rupiah (omzet):

BEP=5.000.0001−10.00020.000=5.000.0000,5=Rp10.000.000BEP = \frac{5.000.000}{1 – \frac{10.000}{20.000}} = \frac{5.000.000}{0,5} = Rp10.000.000

👉 Artinya, omzet minimal yang harus dicapai adalah Rp10 juta per bulan.

4. Kapan Rumus BEP Perlu Dihitung Ulang?

Menghitung BEP bukan hanya dilakukan sekali di awal bisnis. Perhitungan harus diperbarui secara berkala, terutama jika ada perubahan berikut:

  • Kenaikan harga bahan baku (biaya variabel naik).

  • Penambahan karyawan atau kenaikan sewa (biaya tetap naik).

  • Perubahan harga jual menu.

Dengan begitu, Anda bisa selalu mengetahui kondisi keuangan terkini dan tetap menjaga bisnis kuliner agar tidak merugi.

Cara Menghitung BEP Usaha Kuliner

Cara Menghitung BEP Usaha Kuliner

Banyak pemilik usaha kuliner merasa bingung ketika harus menghitung titik impas. Padahal, jika dilakukan secara bertahap, perhitungan BEP cukup sederhana. Berikut langkah-langkah yang bisa Anda ikuti:

1. Catat Semua Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang harus dibayar setiap bulan meskipun tidak ada penjualan. Contoh dalam bisnis kuliner:

  • Sewa tempat / ruko

  • Gaji karyawan tetap

  • Listrik dan air bulanan

  • Biaya izin usaha atau pajak

  • Penyusutan peralatan dapur

Misalnya, total biaya tetap warung makan Anda adalah Rp5.000.000 per bulan.

2. Hitung Biaya Variabel per Porsi

Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai jumlah produksi atau penjualan. Dalam bisnis kuliner, ini biasanya berupa bahan baku makanan. Contoh:

  • Beras per porsi

  • Ayam, ikan, atau daging

  • Minyak goreng, bumbu dapur

  • Kemasan makanan (jika take away)

Misalnya, untuk satu porsi nasi ayam dibutuhkan biaya bahan baku sekitar Rp10.000.

3. Tentukan Harga Jual per Porsi

Harga jual adalah harga menu yang ditawarkan kepada konsumen. Penentuan harga tidak boleh asal, tetapi harus mempertimbangkan biaya bahan baku, biaya tetap, serta margin keuntungan yang diinginkan.

Misalnya, harga jual nasi ayam ditetapkan sebesar Rp20.000 per porsi.

4. Masukkan ke dalam Rumus BEP

Gunakan data yang sudah dikumpulkan untuk menghitung BEP.

Rumus BEP unit (porsi):

BEP=BiayaTetapHargaJual−BiayaVariabelBEP = \frac{Biaya Tetap}{Harga Jual – Biaya Variabel}

Dengan data contoh:

BEP=5.000.00020.000−10.000=5.000.00010.000=500 porsiBEP = \frac{5.000.000}{20.000 – 10.000} = \frac{5.000.000}{10.000} = 500 \, porsi

Artinya, Anda harus menjual 500 porsi nasi ayam per bulan agar usaha tidak rugi.

5. Hitung Target Penjualan Harian

Jika usaha buka 25 hari dalam sebulan, maka target penjualan harian adalah:

500÷25=20 porsi/hari500 \div 25 = 20 \, porsi/hari

Artinya, setiap hari minimal harus ada 20 porsi terjual agar bisa mencapai titik impas.

6. Hitung BEP dalam Rupiah (Omzet)

Selain menghitung jumlah porsi, Anda juga bisa menghitung omzet minimal bulanan.

Rumus BEP rupiah:

BEP=BiayaTetap1−BiayaVariabelHargaJualBEP = \frac{Biaya Tetap}{1 – \frac{Biaya Variabel}{Harga Jual}}

Dengan data contoh:

BEP=5.000.0001−10.00020.000=5.000.0000,5=Rp10.000.000BEP = \frac{5.000.000}{1 – \frac{10.000}{20.000}} = \frac{5.000.000}{0,5} = Rp10.000.000

Artinya, omzet bulanan minimal yang harus dicapai adalah Rp10 juta.

7. Evaluasi dan Sesuaikan Secara Berkala

Harga bahan baku, biaya sewa, atau gaji karyawan bisa berubah sewaktu-waktu. Karena itu, lakukan perhitungan BEP secara rutin, misalnya setiap 3–6 bulan sekali, agar strategi bisnis tetap relevan dengan kondisi terbaru.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda bisa memahami dengan jelas berapa target penjualan yang harus dicapai setiap hari maupun omzet bulanan yang wajib dipenuhi agar usaha kuliner tetap sehat dan terhindar dari kerugian.

Contoh Perhitungan BEP Usaha Kuliner Sederhana

Contoh Perhitungan BEP Usaha Kuliner Sederhana

Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat contoh sederhana perhitungan BEP untuk usaha kuliner kecil, misalnya warung bakso.

1. Tentukan Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang harus dibayar meskipun penjualan sedang sepi. Misalnya:

  • Sewa tempat: Rp2.000.000 per bulan

  • Gaji karyawan: Rp1.500.000 per bulan

  • Listrik & air: Rp500.000 per bulan
    Total Biaya Tetap = Rp4.000.000 per bulan

2. Hitung Biaya Variabel per Porsi

Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai jumlah porsi yang dijual. Misalnya:

  • Bahan baku (mie, bakso, sayur, bumbu): Rp8.000 per porsi

  • Kemasan (jika take away): Rp2.000 per porsi
    Total Biaya Variabel = Rp10.000 per porsi

3. Tentukan Harga Jual per Porsi

Misalnya harga jual bakso: Rp20.000 per porsi

4. Hitung Laba Kotor per Porsi

Laba kotor per porsi = Harga jual – Biaya variabel
= Rp20.000 – Rp10.000
= Rp10.000 per porsi

5. Hitung BEP (Break Even Point)

Rumus BEP dalam unit (jumlah porsi) adalah:

BEP=BiayaTetapLabaKotorperPorsiBEP = \frac{Biaya Tetap}{Laba Kotor per Porsi} BEP=Rp4.000.000Rp10.000=400porsiBEP = \frac{Rp4.000.000}{Rp10.000} = 400 porsi

Artinya, warung bakso harus menjual 400 porsi bakso per bulan agar tidak rugi.

6. Interpretasi Hasil

  • Jika penjualan kurang dari 400 porsi, usaha masih merugi.

  • Jika penjualan tepat 400 porsi, usaha hanya balik modal (tidak untung, tidak rugi).

  • Jika penjualan lebih dari 400 porsi, usaha mulai menghasilkan keuntungan.

Tips Menekan Biaya Agar BEP Lebih Cepat Tercapai

Tips Menekan Biaya Agar BEP Lebih Cepat Tercapai

Menghitung BEP (Break Even Point) memang penting, tapi yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara agar usaha kuliner bisa lebih cepat mencapai titik impas. Semakin cepat tercapai, semakin cepat juga usaha bisa masuk ke fase mendapatkan keuntungan bersih. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Pilih Lokasi yang Tepat dan Efisien

Lokasi usaha yang strategis memang bagus, tapi seringkali biaya sewanya sangat tinggi. Untuk usaha kuliner pemula, lebih baik pilih lokasi yang cukup ramai tetapi dengan sewa yang masih terjangkau. Misalnya dekat kampus, perkantoran, atau kawasan kos-kosan.

2. Kelola Bahan Baku dengan Bijak

  • Gunakan sistem first in first out (FIFO) agar bahan lama dipakai lebih dulu, sehingga tidak ada yang terbuang.

  • Cari supplier tetap yang menawarkan harga stabil dan kualitas terjamin.

  • Belanja dalam jumlah grosir jika memungkinkan, karena biasanya harga lebih murah.

3. Kurangi Biaya Operasional yang Tidak Penting

  • Gunakan listrik seperlunya, matikan peralatan jika tidak digunakan.

  • Jangan terlalu banyak mempekerjakan karyawan di awal, cukup sesuai kebutuhan.

  • Gunakan peralatan dapur multifungsi agar lebih hemat biaya.

4. Gunakan Strategi Menu yang Efisien

Tidak perlu langsung menawarkan banyak menu di awal. Fokuslah pada beberapa menu andalan yang paling disukai pasar. Selain lebih mudah mengelola stok, biaya bahan baku juga lebih terkendali.

5. Manfaatkan Promosi Digital Gratis

Daripada mengeluarkan biaya besar untuk iklan konvensional, gunakan media sosial seperti Instagram, TikTok, atau WhatsApp Business. Konten kreatif bisa menarik banyak pelanggan tanpa biaya besar.

6. Terapkan Sistem Pre-Order (PO)

Untuk menu tertentu, Anda bisa membuka sistem PO agar bahan baku bisa disiapkan sesuai jumlah pesanan. Cara ini efektif menekan resiko bahan makanan terbuang karena tidak laku.

7. Jaga Kualitas untuk Meningkatkan Repeat Order

Meskipun fokus menekan biaya, jangan sampai kualitas menurun. Usaha kuliner yang konsisten menjaga rasa dan pelayanan akan membuat pelanggan datang kembali. Dengan repeat order yang tinggi, penjualan akan lebih cepat menutupi biaya tetap.

Kesalahan Umum dalam Menghitung BEP Bisnis Kuliner

Menghitung Break Even Point (BEP) memang terlihat sederhana, tapi banyak pelaku usaha kuliner yang melakukan kesalahan saat menghitungnya. Akibatnya, target penjualan jadi tidak realistis, bahkan bisa menimbulkan kerugian tanpa disadari. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi:

1. Tidak Memisahkan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Banyak pebisnis kuliner mencampur semua biaya dalam satu kategori. Padahal, biaya tetap (seperti sewa, gaji karyawan tetap, dan listrik dasar) berbeda dengan biaya variabel (seperti bahan baku atau kemasan). Kesalahan ini membuat perhitungan BEP jadi tidak akurat.

2. Mengabaikan Biaya Kecil yang Sebenarnya Penting

Biaya parkir bulanan, ongkos kirim bahan baku, gas elpiji, hingga tisu sering dianggap sepele. Jika diabaikan, biaya operasional terlihat lebih kecil dari kenyataannya, sehingga BEP jadi “palsu” dan membuat Anda salah mengambil keputusan.

3. Salah Menentukan Harga Jual Produk

Ada pelaku usaha yang menentukan harga hanya dengan meniru kompetitor atau “perkiraan untung”. Padahal, harga jual harus mempertimbangkan biaya produksi per unit + margin keuntungan yang wajar. Jika harga jual terlalu rendah, BEP akan sulit tercapai meskipun penjualan tinggi.

4. Tidak Memperhitungkan Fluktuasi Bahan Baku

Harga bahan makanan bisa berubah sewaktu-waktu, apalagi bahan segar. Jika perhitungan BEP tidak memperhitungkan fluktuasi harga, bisnis bisa tiba-tiba rugi meskipun penjualan sudah sesuai target.

5. Menghitung BEP Hanya Sekali di Awal

Banyak pebisnis kuliner hanya menghitung BEP di awal membuka usaha, lalu tidak pernah diperbarui lagi. Padahal, biaya sewa bisa naik, gaji karyawan bertambah, atau strategi promosi berubah. BEP seharusnya dihitung ulang secara berkala agar selalu relevan dengan kondisi bisnis.

6. Terlalu Optimis dengan Target Penjualan

Kesalahan lain adalah membuat target penjualan berdasarkan keinginan, bukan realita. Misalnya, langsung menargetkan 500 porsi per hari tanpa mempertimbangkan kapasitas dapur, tenaga kerja, atau potensi pasar. Akibatnya, BEP sulit dicapai karena target terlalu jauh dari kenyataan.

Kesalahan Umum dalam Menghitung BEP Bisnis Kuliner

Kesalahan Umum dalam Menghitung BEP Bisnis Kuliner

Menghitung Break Even Point (BEP) memang terlihat sederhana, tapi banyak pelaku usaha kuliner yang melakukan kesalahan saat menghitungnya. Akibatnya, target penjualan jadi tidak realistis, bahkan bisa menimbulkan kerugian tanpa disadari. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi:

1. Tidak Memisahkan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Banyak pebisnis kuliner mencampur semua biaya dalam satu kategori. Padahal, biaya tetap (seperti sewa, gaji karyawan tetap, dan listrik dasar) berbeda dengan biaya variabel (seperti bahan baku atau kemasan). Kesalahan ini membuat perhitungan BEP jadi tidak akurat.

2. Mengabaikan Biaya Kecil yang Sebenarnya Penting

Biaya parkir bulanan, ongkos kirim bahan baku, gas elpiji, hingga tisu sering dianggap sepele. Jika diabaikan, biaya operasional terlihat lebih kecil dari kenyataannya, sehingga BEP jadi “palsu” dan membuat Anda salah mengambil keputusan.

3. Salah Menentukan Harga Jual Produk

Ada pelaku usaha yang menentukan harga hanya dengan meniru kompetitor atau “perkiraan untung”. Padahal, harga jual harus mempertimbangkan biaya produksi per unit + margin keuntungan yang wajar. Jika harga jual terlalu rendah, BEP akan sulit tercapai meskipun penjualan tinggi.

4. Tidak Memperhitungkan Fluktuasi Bahan Baku

Harga bahan makanan bisa berubah sewaktu-waktu, apalagi bahan segar. Jika perhitungan BEP tidak memperhitungkan fluktuasi harga, bisnis bisa tiba-tiba rugi meskipun penjualan sudah sesuai target.

5. Menghitung BEP Hanya Sekali di Awal

Banyak pebisnis kuliner hanya menghitung BEP di awal membuka usaha, lalu tidak pernah diperbarui lagi. Padahal, biaya sewa bisa naik, gaji karyawan bertambah, atau strategi promosi berubah. BEP seharusnya dihitung ulang secara berkala agar selalu relevan dengan kondisi bisnis.

6. Terlalu Optimis dengan Target Penjualan

Kesalahan lain adalah membuat target penjualan berdasarkan keinginan, bukan realita. Misalnya, langsung menargetkan 500 porsi per hari tanpa mempertimbangkan kapasitas dapur, tenaga kerja, atau potensi pasar. Akibatnya, BEP sulit dicapai karena target terlalu jauh dari kenyataan.

Kesimpulan

Menghitung Break Even Point (BEP) dalam bisnis kuliner bukan hanya sekadar teori, tetapi sebuah alat penting untuk memastikan usaha berjalan sehat dan berkelanjutan. Dengan mengetahui titik impas, Anda bisa memahami berapa jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar usaha tidak merugi, sekaligus menjadi dasar untuk merencanakan strategi keuntungan.

Dari pembahasan di atas, kita belajar bahwa:

  • BEP membantu mengetahui kapan bisnis kuliner mulai balik modal.

  • Rumus BEP cukup sederhana, tapi harus dihitung dengan teliti dan berkala.

  • Contoh perhitungan bisa diaplikasikan langsung sesuai kondisi usaha.

  • Ada tips praktis untuk menekan biaya agar BEP lebih cepat tercapai.

  • Kesalahan umum dalam menghitung BEP perlu dihindari agar bisnis tidak salah arah.

Dengan perhitungan BEP yang tepat, Anda bisa lebih bijak dalam menentukan harga jual, mengelola biaya, hingga menargetkan penjualan. Ingat, bisnis kuliner adalah usaha dengan persaingan tinggi dan biaya variabel yang fluktuatif, sehingga manajemen keuangan yang rapi menjadi kunci sukses.

Ismesoft

Untuk sobat yang baru merintis usaha baru, jangan takut karena Ismesoft siap membantu kawan entrepeneur semua untuk dapat mencari peluang dalam mengembangkan bisnis atau usaha dengan cara memberikan bantuan berupa asisten akuntansi digital yang praktis dan fungsional. Kawan entrepeneur dapat menghubungi kontak yang tertera pada website ini jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang produk unggulan kami. Terus nantikan kabar terbaru lainnya dari Ismesoft. Bagi kawan entrepeneur yang telah bekerja sama dengan Ismesoft, yuk tulis pengalaman yang kawan rasakan di kolom komentar ya. Nantikan terus tips, tutorial dan konten Ismesoft lainya yaa. Cuma di Ismesoft anda bisa menikmati kemudahan dalam mengatur keuangan tanpa repot menghitung! Cek website kami di Ismesoft.com