Ismesoft — Apa Itu Red Ocean dalam Bisnis Kuliner? Industri kuliner adalah salah satu bidang usaha yang tidak pernah sepi peminat. Setiap tahun selalu ada tren makanan atau minuman baru yang muncul dan cepat populer, mulai dari ayam geprek, minuman boba, kopi susu gula aren, hingga konsep restoran all you can eat. Tren tersebut memang bisa mendatangkan peluang besar, tetapi di sisi lain juga menciptakan persaingan yang sangat ketat.
Banyak pengusaha kuliner yang awalnya ikut-ikutan tren justru harus gulung tikar dalam hitungan bulan. Penyebab utamanya bukan karena produknya tidak enak, melainkan karena pasar sudah terlalu penuh dengan pemain yang menawarkan menu dan harga serupa. Kondisi seperti inilah yang dalam dunia bisnis dikenal sebagai red ocean.
Red ocean menggambarkan situasi pasar yang “berdarah-darah” akibat persaingan sengit. Setiap pelaku usaha berjuang keras untuk merebut perhatian konsumen, sering kali dengan cara menurunkan harga atau memberi promosi besar-besaran. Akibatnya, keuntungan semakin menipis dan bisnis sulit berkembang.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Red Ocean dalam Bisnis Kuliner?

Istilah red ocean berasal dari teori Red Ocean Strategy dan Blue Ocean Strategy yang pertama kali diperkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renée Mauborgne. Secara sederhana, red ocean menggambarkan kondisi pasar yang penuh persaingan, di mana banyak pelaku usaha berebut konsumen dengan menawarkan produk yang hampir sama.
Dalam konteks kuliner, red ocean berarti situasi ketika terlalu banyak bisnis menjual jenis makanan atau minuman yang mirip. Akibatnya, pasar menjadi jenuh, persaingan harga tidak terhindarkan, dan hanya sedikit ruang bagi inovasi. Bayangkan sebuah lautan merah yang dipenuhi “pertarungan” antar pelaku bisnis—itulah gambaran kenapa disebut red ocean.
Ciri khas red ocean dalam bisnis kuliner:
Produk serupa – Banyak restoran atau kafe menawarkan menu yang tidak jauh berbeda, misalnya berbagai brand kopi susu gula aren atau minuman boba.
Harga jadi senjata utama – Karena sulit menonjolkan perbedaan, pemilik usaha biasanya terjebak perang harga demi menarik pelanggan.
Pasar jenuh – Terlalu banyak pemain di kategori yang sama membuat konsumen memiliki banyak pilihan, sehingga loyalitas rendah.
Margin keuntungan tipis – Diskon besar, promo, dan biaya operasional tinggi membuat profit tidak maksimal.
Contoh nyata:
Fenomena ayam geprek yang sempat booming di berbagai kota di Indonesia adalah contoh jelas red ocean. Hampir di setiap sudut jalan ada warung ayam geprek dengan menu, harga, dan konsep mirip. Begitu pula dengan tren kopi kekinian atau minuman boba. Awalnya inovatif, tetapi ketika banyak pemain masuk tanpa diferensiasi, pasar pun menjadi penuh sesak.
Intinya:
Red ocean dalam bisnis kuliner adalah kondisi di mana sebuah usaha sulit berkembang karena terjebak dalam persaingan ketat di pasar yang sama. Untuk bertahan, pelaku usaha perlu strategi khusus agar tidak hanya bersaing di lautan merah, tetapi juga mampu menciptakan keunikan dan pasar baru yang lebih luas—yang disebut sebagai blue ocean.
Ciri-Ciri Red Ocean dalam Bisnis Kuliner

Agar lebih mudah mengenali apakah sebuah usaha kuliner sedang terjebak dalam red ocean, mari kita bahas beberapa ciri khasnya. Dengan memahami tanda-tandanya, pelaku usaha bisa segera mengambil langkah untuk keluar dari persaingan yang merugikan.
1. Persaingan Harga yang Ketat
Dalam red ocean, harga sering kali menjadi senjata utama untuk menarik pelanggan. Banyak bisnis kuliner akhirnya melakukan perang harga dengan memberikan diskon besar-besaran atau menjual produk di bawah harga pasaran. Strategi ini mungkin efektif dalam jangka pendek, tetapi akan merugikan dalam jangka panjang karena margin keuntungan semakin tipis.
2. Menu yang Hampir Sama
Salah satu ciri paling jelas adalah produk atau menu yang mirip antar pesaing. Contohnya ketika tren minuman boba merebak, hampir semua brand menjual variasi rasa yang serupa. Akibatnya, konsumen tidak melihat perbedaan signifikan antar merek, dan keputusan membeli lebih didorong oleh harga atau lokasi terdekat.
3. Lokasi Usaha yang Terlalu Padat
Banyak bisnis kuliner memilih lokasi strategis, misalnya dekat kampus, pusat perbelanjaan, atau area perkantoran. Namun, ketika terlalu banyak brand berada di area yang sama dengan produk yang mirip, persaingan akan semakin ketat. Konsumen mungkin senang karena punya banyak pilihan, tetapi bagi pelaku usaha, kondisi ini menekan peluang bertahan.
4. Tidak Ada Diferensiasi yang Jelas
Dalam red ocean, sulit menemukan perbedaan unik antar brand. Semua menawarkan hal yang sama: harga murah, menu standar, promosi diskon. Padahal, tanpa diferensiasi (keunikan), bisnis tidak punya alasan kuat untuk dipilih konsumen dibandingkan kompetitor.
5. Promosi Besar-Besaran tapi Tidak Berkelanjutan
Banyak pelaku usaha kuliner menggunakan strategi promosi seperti “beli 1 gratis 1” atau diskon besar di awal buka. Sayangnya, tanpa strategi jangka panjang, promosi hanya menarik pelanggan sementara. Begitu promo habis, konsumen mudah berpindah ke tempat lain.
6. Margin Keuntungan yang Tipis
Gabungan dari perang harga, promosi besar-besaran, dan biaya operasional yang tinggi membuat profit semakin menurun. Inilah yang membuat banyak bisnis kuliner sulit bertahan lebih dari 1–2 tahun di tengah tren pasar.
Contoh Red Ocean dalam Bisnis Kuliner di Indonesia

Fenomena red ocean dalam bisnis kuliner sebenarnya sangat mudah kita temukan di sekitar kita. Banyak tren makanan dan minuman yang awalnya inovatif, tetapi kemudian berubah menjadi lautan merah karena terlalu banyak pemain yang masuk tanpa diferensiasi. Berikut beberapa contohnya:
1. Ayam Geprek
Beberapa tahun lalu, ayam geprek menjadi tren kuliner yang sangat populer. Hampir di setiap kota, muncul warung atau restoran ayam geprek dengan menu, level pedas, dan harga yang serupa. Awalnya banyak yang sukses besar, tetapi karena jumlah pemain semakin banyak, pasar pun menjadi jenuh. Akibatnya, banyak usaha ayam geprek yang akhirnya tutup karena tidak mampu bertahan dari persaingan harga.
2. Minuman Boba
Tren boba drink atau minuman dengan topping pearl juga sempat meledak di Indonesia. Hampir setiap pusat perbelanjaan atau area perkantoran dipenuhi gerai boba dengan rasa dan varian yang mirip. Pada awalnya ramai pembeli, tetapi begitu merek besar masuk dan persaingan harga semakin ketat, banyak brand lokal yang akhirnya tidak mampu bersaing dan terpaksa gulung tikar.
3. Kopi Kekinian
Fenomena kopi susu gula aren adalah contoh paling jelas red ocean di sektor minuman. Dalam waktu singkat, ratusan brand kopi kekinian bermunculan, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Mereka menawarkan menu yang hampir sama, dengan strategi promo agresif lewat aplikasi delivery. Beberapa brand besar berhasil bertahan, tetapi banyak juga yang akhirnya hilang karena margin keuntungan terlalu kecil.
4. Restoran All You Can Eat
Konsep all you can eat (buffet) juga berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Restoran AYCE hadir di berbagai kota dengan harga yang mirip, menu standar daging grill atau shabu-shabu, serta suasana yang hampir sama. Persaingan ketat ditambah biaya operasional yang tinggi membuat tidak semua restoran AYCE mampu bertahan lama.
5. Warung Kopi dan Angkringan Modern
Selain tren besar, warung kopi dan angkringan dengan konsep modern juga menjadi contoh red ocean. Banyak pelaku usaha membuka tempat nongkrong dengan desain mirip, fasilitas Wi-Fi, dan menu standar seperti kopi, teh, serta makanan ringan. Karena tidak ada diferensiasi kuat, konsumen hanya memilih berdasarkan lokasi terdekat atau harga yang lebih murah.
Perbedaan Red Ocean dan Blue Ocean dalam Bisnis Kuliner

Setelah memahami apa itu red ocean dalam bisnis kuliner, penting juga untuk mengenal konsep sebaliknya, yaitu blue ocean strategy. Kalau red ocean identik dengan persaingan ketat di pasar yang sudah ramai, blue ocean menggambarkan kondisi pasar baru yang masih sepi pesaing karena diciptakan melalui inovasi dan diferensiasi.
Agar lebih jelas, berikut perbedaan utama red ocean dan blue ocean dalam konteks bisnis kuliner:
Aspek | Red Ocean (Lautan Merah) | Blue Ocean (Lautan Biru) |
---|---|---|
Pasar | Penuh pemain dan persaingan ketat | Pasar baru, relatif sepi pesaing |
Strategi | Perang harga, promosi besar-besaran, ikut tren | Diferensiasi, inovasi produk, menciptakan tren baru |
Produk/Menu | Mirip dengan kompetitor, sedikit variasi | Unik, berbeda, atau memberi pengalaman baru |
Pelanggan | Sensitif harga, mudah pindah ke brand lain | Loyal, memilih karena value & pengalaman |
Margin Keuntungan | Tipis karena kompetisi ketat | Lebih tinggi karena produk tidak bisa dibandingkan langsung |
Contoh | Ayam geprek, boba, kopi kekinian | Katering sehat untuk ibu menyusui, kopi single origin premium, restoran zero waste |
Penjelasan Sederhana:
Red Ocean → Anda ikut berenang di kolam yang sudah penuh. Untuk bertahan, harus bersaing keras dengan cara menurunkan harga, memberikan promo, atau menambah cabang di lokasi yang sama dengan kompetitor.
Blue Ocean → Anda menciptakan “kolam baru” dengan ide segar yang jarang ditawarkan orang lain. Misalnya, alih-alih membuka kafe kopi susu biasa, Anda menghadirkan kafe khusus dengan konsep coffee and book lounge atau menawarkan menu sehat untuk komunitas tertentu.
Contoh Nyata:
Banyak brand kopi bersaing di red ocean dengan menu standar. Namun, ada beberapa bisnis yang sukses menciptakan blue ocean, misalnya dengan menjual kopi literan untuk dibawa pulang atau kopi dengan konsep sustainability (biji kopi lokal, ramah lingkungan). Inovasi semacam ini membuat bisnis tidak langsung dibandingkan dengan pesaing, karena mereka bermain di pasar yang berbeda.
Strategi Menghindari atau Keluar dari Red Ocean Kuliner

Banyak pelaku usaha kuliner yang tanpa sadar masuk ke dalam red ocean karena ikut-ikutan tren tanpa strategi berbeda. Namun kabar baiknya, selalu ada jalan untuk bertahan dan bahkan tumbuh dengan lebih sehat. Kuncinya adalah mencari cara agar bisnis Anda tidak hanya jadi “pemain tambahan” di pasar yang sesak, tetapi mampu menawarkan sesuatu yang unik.
Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:
1. Inovasi Menu
Jangan hanya menjual produk yang sama dengan kompetitor. Cari cara untuk membuat menu yang berbeda, baik dari segi rasa, bahan, maupun konsep.
Contoh: alih-alih hanya menjual ayam geprek standar, Anda bisa mengembangkan variasi seperti ayam geprek dengan bumbu khas daerah, atau menyajikan dengan porsi mini untuk konsumen yang ingin praktis.
2. Fokus pada Segmentasi Pasar
Daripada menyasar semua orang, lebih baik fokus pada segmen tertentu yang punya kebutuhan khusus.
Misalnya: katering sehat untuk karyawan kantoran, makanan organik untuk ibu muda, atau minuman tanpa gula untuk penderita diabetes.
Dengan strategi ini, bisnis Anda tidak langsung bersaing dengan brand umum, melainkan melayani kelompok yang lebih spesifik.
3. Bangun Value Proposition yang Kuat
Konsumen tidak hanya membeli makanan, tapi juga membeli pengalaman dan nilai tambah.
Contoh value yang bisa ditawarkan:
Tempat yang instagramable untuk anak muda.
Packaging ramah lingkungan untuk konsumen yang peduli sustainability.
Pelayanan cepat dengan sistem pre-order untuk orang sibuk.
4. Manfaatkan Digital Marketing
Jangan hanya mengandalkan lokasi atau promosi mulut ke mulut. Gunakan kekuatan online marketing untuk memperluas jangkauan:
Optimasi SEO agar bisnis muncul di Google saat orang mencari.
Gunakan media sosial (Instagram, TikTok) untuk membangun brand awareness.
Gandeng food influencer atau micro-influencer lokal.
Daftarkan bisnis ke platform delivery seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
5. Storytelling Brand
Ceritakan kisah unik di balik bisnis Anda. Storytelling mampu membuat brand lebih dekat dengan konsumen.
Misalnya: kopi yang dijual berasal dari petani lokal, resep makanan diwariskan dari nenek, atau konsep bisnis terinspirasi dari pengalaman pribadi.
6. Efisiensi Operasional
Selain inovasi dan pemasaran, jangan lupa mengendalikan biaya operasional. Banyak bisnis kuliner gagal bukan karena kurang pembeli, tapi karena biaya tidak terkendali.
Gunakan supplier yang konsisten kualitasnya.
Kelola stok dengan baik agar tidak ada bahan terbuang.
Terapkan sistem pencatatan penjualan harian untuk mengukur performa.
7. Ciptakan Blue Ocean Strategy
Jalan terbaik untuk keluar dari red ocean adalah dengan menciptakan blue ocean: pasar baru yang belum banyak pesaing.
Contoh: membuka restoran zero waste, kafe dengan konsep coworking, atau menyediakan menu unik berbasis bahan lokal yang jarang dipakai.
Dengan menciptakan pasar baru, bisnis Anda tidak perlu bersaing secara langsung dengan puluhan kompetitor.
FAQ Seputar Red Ocean dalam Bisnis Kuliner

1. Apa yang dimaksud dengan red ocean dalam bisnis kuliner?
Red ocean dalam bisnis kuliner adalah kondisi pasar yang sangat penuh dengan pemain dan persaingan yang ketat. Banyak pelaku usaha menjual produk serupa dengan harga mirip, sehingga terjadi perang harga dan margin keuntungan semakin kecil.
2. Apa bedanya red ocean dengan blue ocean?
Red ocean menggambarkan pasar yang “berdarah” karena penuh kompetisi, sedangkan blue ocean adalah strategi menciptakan pasar baru yang minim pesaing dengan menawarkan inovasi atau diferensiasi. Dalam kuliner, red ocean bisa berupa bisnis ayam geprek yang sudah menjamur, sementara blue ocean bisa berupa inovasi menu fusion unik yang belum banyak dijual.
3. Mengapa banyak bisnis kuliner terjebak di red ocean?
Karena banyak pelaku usaha yang mengikuti tren tanpa melakukan riset pasar atau inovasi. Mereka lebih memilih meniru menu yang sedang viral, berharap sukses cepat, tetapi akhirnya bersaing langsung dengan ratusan usaha sejenis.
4. Apakah bisnis kuliner di red ocean pasti gagal?
Tidak selalu. Bisnis di red ocean masih bisa bertahan jika memiliki keunggulan kompetitif, misalnya kualitas rasa yang konsisten, pelayanan yang lebih baik, lokasi strategis, atau brand yang kuat. Namun, peluang berkembang biasanya lebih terbatas dibandingkan dengan strategi blue ocean.
5. Bagaimana cara keluar dari red ocean dalam bisnis kuliner?
Ada beberapa strategi, seperti melakukan inovasi menu, menciptakan pengalaman makan yang berbeda, memanfaatkan digital marketing untuk menjangkau pasar baru, hingga membangun brand story yang kuat. Intinya, pelaku usaha harus bisa membedakan diri dari kompetitor.
6. Apa contoh nyata red ocean kuliner di Indonesia?
Contoh mudahnya adalah tren kopi susu gula aren, minuman boba, dan ayam geprek. Pada masa awal tren, banyak yang sukses besar. Namun, setelah banyak pemain masuk dengan menu serupa, pasar menjadi jenuh dan hanya pelaku usaha dengan diferensiasi kuat yang mampu bertahan.
7. Apakah pemula sebaiknya menghindari red ocean?
Iya, sebaiknya. Bagi pemula, lebih aman mencari celah pasar yang belum banyak pesaing atau fokus pada diferensiasi produk. Dengan begitu, usaha bisa berkembang lebih stabil tanpa harus terbebani oleh kompetisi sengit sejak awal.
Kesimpulan
Bisnis kuliner memang selalu menarik dan penuh peluang, tetapi juga tidak lepas dari persaingan yang ketat. Konsep red ocean dalam bisnis kuliner mengingatkan kita bahwa ketika sebuah pasar sudah terlalu padat pemain, persaingan bisa menjadi sangat sengit hingga banyak usaha yang tumbang karena perang harga dan minimnya diferensiasi.
Melalui pemahaman tentang red ocean, pelaku usaha kuliner bisa lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Alih-alih sekadar ikut tren, strategi yang lebih bijak adalah mencari celah pasar baru, menghadirkan inovasi menu, membangun brand yang kuat, serta memberikan pengalaman yang berbeda kepada konsumen. Dengan begitu, Anda bisa menghindari jebakan red ocean dan justru membuka peluang menuju blue ocean, yaitu pasar baru yang lebih luas, minim pesaing, dan berpotensi memberikan keuntungan lebih besar.
Kesimpulannya, kunci sukses dalam bisnis kuliner bukan hanya soal rasa, tetapi juga strategi. Pelaku usaha yang mampu membaca kondisi pasar, berani berinovasi, dan konsisten menjaga kualitas, akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang meski harus berhadapan dengan ketatnya persaingan.
Ismesoft
Untuk sobat yang baru merintis usaha baru, jangan takut karena Ismesoft siap membantu kawan entrepeneur semua untuk dapat mencari peluang dalam mengembangkan bisnis atau usaha dengan cara memberikan bantuan berupa asisten akuntansi digital yang praktis dan fungsional. Kawan entrepeneur dapat menghubungi kontak yang tertera pada website ini jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang produk unggulan kami. Terus nantikan kabar terbaru lainnya dari Ismesoft. Bagi kawan entrepeneur yang telah bekerja sama dengan Ismesoft, yuk tulis pengalaman yang kawan rasakan di kolom komentar ya. Nantikan terus tips, tutorial dan konten Ismesoft lainya yaa. Cuma di Ismesoft anda bisa menikmati kemudahan dalam mengatur keuangan tanpa repot menghitung! Cek website kami di Ismesoft.com