Ismesoft — Apa Itu Food Waste Restoran? Di tengah gemerlapnya industri kuliner yang terus berkembang pesat, ada satu isu krusial yang sering luput dari perhatian, namun memiliki dampak yang masif: food waste restoran. Mungkin kita terbiasa melihat sisa makanan di piring setelah menikmati hidangan lezat, atau mengetahui bahan makanan yang terbuang di dapur. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak untuk memahami seberapa besar sebenarnya masalah ini? Atau, apa itu food waste restoran secara harfiah, dan mengapa topik ini begitu mendesak untuk dibahas di era modern ini?
Fenomena pemborosan makanan di restoran bukan sekadar masalah etis atau kebersihan semata. Ini adalah isu kompleks yang merangkai dampak negatif pada berbagai aspek, mulai dari kerugian finansial yang signifikan bagi para pemilik bisnis kuliner dan pengusaha restoran, hingga beban berat terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Setiap porsi makanan yang berakhir di tempat sampah mewakili hilangnya tidak hanya bahan baku, tetapi juga air, energi, tenaga kerja, dan biaya lain yang terlibat dalam proses produksinya. Bayangkan, jutaan ton makanan terbuang dari restoran di seluruh dunia setiap tahunnya, sementara di sisi lain, masih banyak individu yang berjuang memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Food Waste Restoran?

Seringkali, saat kita mendengar kata “sisa makanan,” bayangan pertama yang muncul adalah piring kosong dengan remah-remah atau tulang yang tak habis. Namun, dalam konteks industri kuliner, khususnya restoran, food waste memiliki cakupan yang jauh lebih luas dan mendalam. Ini bukan hanya tentang makanan yang tidak habis dimakan pelanggan, tapi juga melibatkan seluruh alur dari dapur hingga ke meja.
Jadi, apa itu food waste restoran? Secara garis besar, food waste restoran adalah segala jenis makanan—baik itu bahan mentah, setengah jadi, atau sudah matang—yang diproduksi, disiapkan, atau dibeli oleh sebuah restoran, namun pada akhirnya tidak dikonsumsi dan berakhir di tempat sampah. Istilah ini mencakup banyak hal, mulai dari bahan-bahan yang busuk di gudang penyimpanan, makanan yang salah masak atau gagal disajikan, hidangan yang tidak terjual di etalase, hingga tentu saja, sisa makanan yang ditinggalkan pelanggan di piring mereka.
Penting untuk membedakan pemborosan makanan di restoran ini dengan “food loss.” Jika “food loss” biasanya terjadi di tahap awal rantai pasok, seperti saat panen di pertanian atau selama proses distribusi ke pasar, maka food waste lebih fokus pada tahap akhir—yaitu di tempat konsumen atau bisnis makanan, dalam hal ini restoran.
Bagi Anda sebagai pengusaha restoran atau pemilik bisnis kuliner, memahami definisi food waste restoran secara komprehensif sangatlah esensial. Mengapa? Karena setiap item makanan yang terbuang bukan sekadar sampah biasa. Ia adalah representasi dari kerugian finansial yang nyata: uang yang sudah Anda keluarkan untuk membeli bahan baku, biaya energi untuk mengolahnya, hingga upah karyawan yang bekerja. Lebih dari itu, setiap makanan yang terbuang juga berkontribusi pada dampak lingkungan yang serius, seperti emisi gas rumah kaca dari pembusukan di tempat pembuangan akhir.
Jenis-Jenis Food Waste di Restoran

Untuk bisa mengatasi masalah food waste restoran secara efektif, kita perlu tahu persis di mana dan bagaimana pemborosan itu terjadi. Sisa makanan di restoran tidak hanya berasal dari satu sumber, melainkan dari berbagai tahap dalam proses operasional. Secara umum, jenis-jenis food waste ini bisa kita bagi menjadi dua kategori besar, yang masing-masing memiliki karakteristik dan penyebab uniknya sendiri:
1. Food Waste Pra-Konsumsi (Pre-Consumer Waste)
Jenis food waste ini adalah makanan yang terbuang sebelum sempat disajikan kepada pelanggan. Artinya, pemborosan terjadi di area dapur atau bagian persiapan makanan. Ini sering kali menjadi indikator inefisiensi operasional restoran atau manajemen inventaris restoran yang kurang optimal.
Beberapa contoh umum dari pemborosan makanan pra-konsumsi meliputi:
- Bahan Baku Rusak atau Kadaluarsa: Sayuran layu, buah-buahan yang membusuk, atau produk susu yang melewati tanggal kedaluwarsa sebelum sempat digunakan. Ini sering terjadi karena pembelian bahan baku berlebih atau penyimpanan makanan yang tidak tepat.
- Sisa Potongan dan Persiapan: Bagian dari bahan makanan yang dibuang saat proses persiapan, seperti kulit kentang yang tebal, ujung sayuran yang banyak, atau bagian daging yang tidak terpakai. Meskipun beberapa bagian memang tidak bisa dimakan, seringkali ada pemborosan berlebihan karena teknik persiapan yang tidak efisien atau standar estetika yang terlalu ketat.
- Makanan Gagal Masak atau Salah Olah: Hidangan yang gosong, bumbu yang salah takaran, atau makanan yang tidak sesuai standar kualitas sehingga tidak bisa disajikan. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya pelatihan staf atau kesalahan dalam resep.
- Produk yang Tidak Terjual: Makanan yang sudah disiapkan, seperti kue, roti, atau hidangan prasmanan, namun tidak habis terjual di akhir hari. Ini sering berkaitan dengan perencanaan menu atau estimasi permintaan yang kurang akurat.
Mengidentifikasi dan mengurangi food waste pra-konsumsi ini sangat penting karena ini adalah kerugian langsung dari bahan baku yang sudah dibeli dan waktu persiapan yang sudah dihabiskan.
2. Food Waste Pasca-Konsumsi (Post-Consumer Waste)
Kategori ini adalah sisa makanan yang berasal dari meja pelanggan setelah mereka selesai makan. Ini adalah jenis food waste yang paling sering kita bayangkan ketika memikirkan pemborosan makanan.
Beberapa contoh umum dari pemborosan makanan pasca-konsumsi meliputi:
- Sisa Hidangan di Piring Pelanggan: Makanan yang tidak habis dimakan oleh pelanggan. Ini bisa terjadi karena ukuran porsi yang terlalu besar, selera pelanggan yang tidak cocok, atau makanan yang tidak sesuai ekspektasi.
- Roti dan Kondimen Tidak Termakan: Roti yang disajikan sebagai pembuka dan tidak habis, atau bumbu dan saus dalam kemasan sachet yang dibuka namun tidak digunakan sepenuhnya.
Meskipun food waste pasca-konsumsi ini berada di luar kendali langsung koki setelah makanan disajikan, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan restoran, seperti menawarkan porsi yang lebih fleksibel atau mengedukasi pelanggan, untuk membantu mengurangi jenis pemborosan ini.
Dengan memahami klasifikasi food waste restoran ini, para pemilik restoran dapat melakukan audit food waste yang lebih terarah, mengidentifikasi titik-titik kritis pemborosan di operasional mereka, dan merancang strategi yang lebih tepat untuk mengurangi food waste demi keberlanjutan dan profitabilitas bisnis.
Penyebab Utama Food Waste di Restoran

Setelah memahami apa itu food waste restoran dan jenis-jenisnya, pertanyaan berikutnya adalah: mengapa ini terjadi? Pemborosan makanan di restoran bukanlah masalah tunggal, melainkan hasil dari berbagai faktor yang saling terkait dalam operasional harian. Mengidentifikasi penyebab food waste restoran ini sangat krusial, sebab tanpa mengetahui akar masalahnya, solusi yang ditawarkan mungkin tidak efektif.
Berikut adalah beberapa penyebab utama yang sering mengakibatkan banyaknya sisa makanan di tempat usaha kuliner:
1. Pembelian Bahan Baku Berlebihan (Over-Purchasing)
Ini adalah salah satu penyebab paling umum. Restoran seringkali membeli lebih banyak bahan baku dari yang dibutuhkan, entah karena perkiraan penjualan yang terlalu optimis, kurangnya data historis, atau hanya untuk memastikan stok tidak habis. Akibatnya, banyak bahan makanan yang rusak atau kadaluarsa sebelum sempat digunakan, khususnya produk segar yang memiliki umur simpan pendek. Manajemen inventaris restoran yang lemah adalah pemicu utama di sini.
2. Penyimpanan yang Buruk atau Tidak Efisien
Bahkan jika pembelian sudah tepat, penyimpanan makanan yang tidak memadai bisa mempercepat proses pembusukan. Suhu yang tidak sesuai, kelembapan yang salah, atau penataan yang tidak teratur membuat bahan makanan cepat rusak. Prinsip First-In, First-Out (FIFO)—menggunakan bahan yang masuk lebih dulu—sering terabaikan, menyebabkan produk lama kadaluarsa di belakang.
3. Ukuran Porsi yang Tidak Tepat
Pernah merasa porsi makan di restoran terlalu besar dan tidak habis? Inilah salah satu sumber utama food waste pasca-konsumsi. Banyak restoran cenderung menyajikan porsi besar dengan anggapan pelanggan akan lebih puas. Namun, jika porsi terlalu besar, pelanggan akan menyisakan banyak makanan di piring, dan ini semua akan berakhir di tempat sampah.
4. Perencanaan Menu dan Produksi yang Kurang Matang
- Menu Terlalu Banyak/Kompleks: Semakin banyak variasi menu, semakin sulit mengelola stok bahan baku. Beberapa bahan mungkin hanya digunakan untuk satu atau dua menu, sehingga risikonya lebih besar untuk tidak terpakai dan terbuang.
- Kurangnya Rotasi Menu: Menu yang monoton atau tidak memanfaatkan bahan sisa dari hidangan lain juga bisa meningkatkan pemborosan.
- Estimasi Permintaan yang Salah: Produksi berlebihan pada jam-jam sepi atau produksi terlalu sedikit saat ramai bisa menyebabkan banyak makanan siap saji yang tidak terjual atau, sebaliknya, kebutuhan yang tidak terpenuhi.
5. Kurangnya Pelatihan dan Kesadaran Staf
Karyawan yang tidak terlatih dengan baik dalam penanganan bahan makanan, teknik persiapan, atau pengelolaan sisa dapat berkontribusi pada pemborosan. Misalnya, membuang bagian sayuran yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan, atau salah mengukur porsi saat memasak. Edukasi staf tentang pentingnya mengurangi food waste seringkali terlewatkan.
6. Standar Estetika yang Ketat dan Harapan Pelanggan
Terkadang, makanan terbuang bukan karena tidak layak konsumsi, melainkan karena tidak memenuhi standar estetika. Buah atau sayuran yang sedikit “cacat” bentuknya sering kali dibuang meskipun rasanya sempurna. Selain itu, pelanggan yang mengharapkan tampilan makanan yang sempurna juga bisa secara tidak langsung memicu pemborosan di dapur.
7. Peraturan Kesehatan dan Keamanan Pangan (Food Safety Regulations)
Meskipun bertujuan baik, beberapa peraturan ketat mengenai penyimpanan atau penyiapan makanan bisa menyebabkan pembuangan produk yang sebenarnya masih aman dikonsumsi. Misalnya, makanan yang sudah melewati batas waktu pajang tertentu (walaupun masih layak) harus dibuang demi kepatuhan regulasi.
Memahami berbagai penyebab food waste restoran ini adalah kunci untuk merancang strategi yang efektif. Ini memungkinkan pemilik restoran untuk fokus pada area yang paling bermasalah, mulai dari perbaikan manajemen inventaris, pelatihan karyawan, hingga penyesuaian ukuran porsi, demi mengurangi jumlah makanan yang terbuang dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.
Dampak Negatif Food Waste Restoran

Setelah kita memahami apa itu food waste restoran dan berbagai penyebab food waste restoran, penting untuk menyadari bahwa masalah ini jauh lebih dari sekadar “sisa makanan” biasa. Pemborosan makanan di restoran membawa konsekuensi negatif yang serius dan berjenjang, tidak hanya bagi operasional bisnis itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan, ekonomi, dan bahkan aspek sosial yang lebih luas.
Mari kita selami lebih dalam dampak food waste restoran yang multidimensional:
1. Dampak Lingkungan: Beban Berat bagi Bumi Kita
Setiap makanan yang terbuang bukan hanya kehilangan nilai gizi, tetapi juga representasi dari pemborosan sumber daya alam yang luar biasa. Inilah mengapa food waste menjadi isu lingkungan yang mendesak:
- Emisi Gas Rumah Kaca: Ini adalah salah satu dampak paling serius. Ketika sisa makanan membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa oksigen (kondisi anaerobik), mereka menghasilkan gas metana. Metana adalah gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dalam memerangkap panas dibandingkan karbon dioksida selama periode 100 tahun. Artinya, food waste secara langsung berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global, meningkatkan jejak karbon restoran.
- Pemborosan Sumber Daya Alam yang Berharga: Pikirkanlah semua sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan yang akhirnya terbuang:
- Air: Butuh ribuan liter air untuk menanam, memelihara, dan mengolah bahan makanan. Ketika makanan dibuang, semua air itu terbuang sia-sia.
- Energi: Dari pertanian, transportasi, pengolahan, hingga pendinginan dan pemasakan di restoran, semuanya membutuhkan energi. Energi yang terbuang saat makanan dibuang berarti emisi gas rumah kaca yang tidak perlu.
- Lahan: Lahan pertanian yang digunakan untuk menanam makanan yang terbuang bisa saja dimanfaatkan untuk tujuan lain atau dibiarkan sebagai habitat alami.
- Pupuk dan Pestisida: Penggunaan bahan kimia ini juga menyisakan jejak lingkungan yang signifikan.
- Pencemaran Tanah dan Air: Cairan (leachate) yang keluar dari makanan membusuk di TPA dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air tanah atau permukaan, merusak ekosistem lokal.
2. Dampak Ekonomi: Kerugian Finansial yang Tak Terlihat
Bagi pemilik bisnis kuliner atau pengusaha restoran, food waste adalah pendarahan finansial yang mungkin tidak selalu terlihat secara langsung dalam laporan laba rugi bulanan, namun terus mengikis keuntungan restoran.
- Kerugian Bahan Baku: Ini adalah yang paling jelas. Anda sudah mengeluarkan uang untuk membeli bahan makanan yang pada akhirnya tidak terjual atau tidak termakan. Ini adalah uang tunai yang terbuang begitu saja.
- Biaya Operasional yang Hilang: Selain bahan baku, ada biaya lain yang melekat pada makanan yang terbuang:
- Biaya Tenaga Kerja: Gaji karyawan yang mengolah makanan yang akhirnya dibuang.
- Biaya Energi: Listrik untuk mendinginkan atau memasak makanan yang tidak terjual.
- Biaya Air: Air yang digunakan dalam proses persiapan.
- Biaya Pengelolaan Limbah: Pembuangan sampah makanan ke TPA seringkali dikenakan biaya berdasarkan volume atau berat. Semakin banyak food waste, semakin tinggi biaya pembuangan sampah Anda.
- Kehilangan Potensi Pendapatan: Setiap porsi makanan yang terbuang adalah porsi yang tidak terjual. Ini berarti hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya bisa meningkatkan profitabilitas restoran.
- Reputasi dan Pelanggan: Restoran yang dikenal sebagai pemboros atau tidak peduli lingkungan mungkin akan kehilangan pelanggan yang semakin sadar akan isu keberlanjutan. Ini bisa berdampak pada penurunan penjualan jangka panjang.
3. Dampak Sosial: Sebuah Isu Etika dan Moral
Di tengah ketidakseimbangan pangan global, di mana jutaan orang masih menghadapi kelaparan dan malnutrisi, jumlah makanan yang terbuang dari restoran menjadi isu etika dan moral yang mengusik.
- Kontras dengan Kelaparan: Ironisnya, di satu sisi makanan melimpah dan terbuang, sementara di sisi lain ada jutaan orang yang tidak memiliki akses makanan yang cukup. Food waste menyoroti ketidakadilan dalam sistem pangan global.
- Pemborosan Sumber Daya Manusia: Para petani, pekerja pabrik, koki, dan pelayan telah mengerahkan tenaga dan waktu untuk memproduksi dan menyiapkan makanan tersebut. Ketika makanan dibuang, usaha mereka juga seolah terbuang sia-sia.
Dengan memahami seluruh dampak negatif food waste restoran ini, baik pemilik restoran maupun konsumen dapat lebih termotivasi untuk bertindak. Ini bukan lagi hanya tentang “sampah”, tetapi tentang tanggung jawab bersama untuk keberlanjutan planet dan kesejahteraan manusia.
Solusi Awal untuk Mengurangi Food Waste Restoran

Setelah memahami betapa seriusnya dampak food waste restoran, pertanyaan berikutnya adalah: apa yang bisa kita lakukan? Mengurangi pemborosan makanan di restoran mungkin terdengar rumit, tapi sebenarnya ada banyak solusi awal yang bisa diterapkan. Langkah-langkah ini tidak hanya membantu lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas restoran Anda.
Berikut adalah beberapa strategi awal yang detail dan mudah dimengerti untuk mulai mengatasi food waste restoran Anda:
1. Lakukan Audit Food Waste Secara Berkala
Ini adalah fondasi dari setiap upaya pengurangan food waste. Anda tidak bisa mengurangi apa yang tidak Anda ukur.
- Apa itu Audit Food Waste? Ini adalah proses sistematis untuk mencatat dan mengukur jenis, jumlah, dan sumber sisa makanan yang terbuang di restoran Anda dalam periode waktu tertentu (misalnya, harian atau mingguan).
- Bagaimana Melakukannya? Sediakan tempat sampah terpisah untuk food waste di dapur dan area servis. Latih staf untuk memilah dan mencatat (berat atau volume) setiap jenis makanan yang dibuang (misalnya, sisa potongan sayur, makanan gosong, sisa piring pelanggan).
- Manfaatnya: Dengan data ini, Anda bisa mengidentifikasi penyebab food waste restoran yang paling signifikan. Apakah sebagian besar berasal dari bahan mentah yang busuk? Atau justru dari piring pelanggan yang tidak habis? Pemahaman ini akan mengarahkan upaya Anda ke area yang paling membutuhkan perbaikan.
2. Tingkatkan Manajemen Inventaris Bahan Baku
Banyak food waste pra-konsumsi terjadi karena pembelian bahan baku berlebih atau penyimpanan yang buruk.
- Penerapan Sistem FIFO (First-In, First-Out): Pastikan bahan makanan yang masuk gudang lebih dulu, digunakan lebih dulu juga. Labeli semua produk dengan tanggal penerimaan dan tanggal kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stok.
- Proyeksi Kebutuhan yang Akurat: Gunakan data penjualan historis (misalnya, dari sistem POS Anda) untuk memproyeksikan jumlah bahan baku yang benar-benar dibutuhkan. Pertimbangkan faktor musiman, hari libur, atau acara khusus.
- Penyimpanan Optimal: Simpan bahan makanan pada suhu dan kelembapan yang tepat. Pastikan wadah penyimpanan tertutup rapat dan area penyimpanan bersih untuk mencegah kerusakan dan kontaminasi. Ini akan memperpanjang umur simpan produk Anda.
3. Sesuaikan Ukuran Porsi Hidangan
Ukuran porsi yang terlalu besar adalah salah satu penyebab utama food waste pasca-konsumsi.
- Tinjau Ulang Standar Porsi: Analisis sisa makanan di piring pelanggan. Jika banyak yang kembali dengan sisa yang signifikan, pertimbangkan untuk mengurangi ukuran porsi standar.
- Opsi Porsi Fleksibel: Tawarkan pilihan porsi kecil atau besar untuk beberapa hidangan, sehingga pelanggan bisa memilih sesuai selera dan kapasitas makan mereka.
- Dorong Pelanggan Membawa Pulang: Aktif tawarkan doggy bag atau wadah bawa pulang untuk makanan yang tidak habis. Ini membantu mengurangi sisa dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
4. Kreativitas dalam Perencanaan Menu dan Pengolahan Sisa
Ini adalah tentang memaksimalkan penggunaan setiap bahan makanan.
- “Nose-to-Tail” atau “Root-to-Stem” Cooking: Manfaatkan seluruh bagian dari bahan makanan, seperti menggunakan tulang untuk kaldu, kulit sayuran untuk chips, atau sisa potongan daging untuk isian.
- Menu Berbasis Bahan Sisa: Rancang menu atau “spesial hari ini” yang bisa memanfaatkan sisa bahan makanan atau produk yang hampir kedaluwarsa. Misalnya, sisa sayuran bisa jadi sup atau frittata.
- Optimalkan Proses Persiapan: Latih staf dapur untuk memotong bahan dengan efisien, mengurangi pemborosan, dan menggunakan teknik yang menghasilkan sisa seminimal mungkin.
5. Edukasi dan Libatkan Staf
Karyawan adalah garda terdepan dalam upaya pengurangan food waste.
- Pelatihan Rutin: Berikan pelatihan tentang pentingnya mengurangi food waste, cara mengidentifikasi produk yang akan kadaluarsa, teknik persiapan yang efisien, dan praktik penyimpanan yang benar.
- Sampaikan Dampaknya: Jelaskan kepada staf tentang dampak negatif food waste restoran (lingkungan, ekonomi) agar mereka merasa termotivasi dan bertanggung jawab.
- Sistem Insentif: Pertimbangkan untuk memberikan insentif atau pengakuan kepada tim yang berhasil menunjukkan pengurangan food waste yang signifikan.
6. Donasi Makanan Layak Konsumsi
Jika ada makanan yang berlebih namun masih layak dan aman untuk dikonsumsi, jangan buang!
- Hubungi Bank Makanan Lokal: Cari organisasi atau yayasan di sekitar Anda yang menerima donasi makanan dari restoran. Ini bisa berupa bahan mentah berlebih atau makanan matang yang tidak terjual namun masih memenuhi standar keamanan pangan.
- Manfaat Ganda: Selain mengurangi food waste Anda, ini juga membantu komunitas yang membutuhkan dan meningkatkan citra positif restoran Anda di mata publik.
7. Pertimbangkan Pengolahan Kompos (Composting)
Untuk sisa makanan yang tidak dapat didonasikan atau dimanfaatkan kembali, kompos adalah opsi terbaik untuk mengurangi dampak lingkungan.
- Pisahkan Sampah Organik: Sediakan tempat sampah khusus untuk sampah organik (sisa makanan, kulit buah, dll.) di dapur.
- Kerja Sama dengan Layanan Kompos: Jika tidak memungkinkan untuk membuat kompos sendiri, cari layanan pengumpulan kompos di kota Anda. Mereka akan mengangkut sisa makanan Anda untuk diolah menjadi pupuk. Ini mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA dan menghasilkan metana.
Dengan menerapkan solusi awal ini secara bertahap dan konsisten, setiap restoran dapat membuat perbedaan besar dalam upaya mengurangi food waste dan bergerak menuju operasional yang lebih efisien, berkelanjutan, dan bertanggung jawab. Ini adalah investasi jangka panjang untuk planet kita dan masa depan bisnis Anda.
Kesimpulan
Kita telah mengupas tuntas seluk-beluk food waste restoran, mulai dari apa itu food waste restoran yang sebenarnya, jenis-jenis food waste yang umum ditemukan di dapur hingga meja makan, hingga beragam penyebab food waste restoran yang kompleks, dan yang tak kalah penting, dampak food waste restoran yang merugikan baik bagi lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Jelas sudah bahwa isu ini bukan sekadar masalah kecil yang bisa diabaikan; ini adalah tantangan serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan nyata dari setiap elemen dalam industri kuliner.
Setiap porsi makanan yang terbuang memiliki kisah di baliknya: sumber daya alam yang terkuras, energi yang terbuang percuma, tenaga kerja yang tidak dihargai, dan potensi keuntungan yang hilang. Pemborosan makanan di restoran secara langsung berkontribusi pada kerugian finansial dan menambah jejak karbon restoran, mempercepat perubahan iklim global. Namun, kabar baiknya adalah masalah ini bukanlah takdir yang tidak bisa diubah.
Ismesoft
Untuk sobat yang baru merintis usaha baru, jangan takut karena Ismesoft siap membantu kawan entrepeneur semua untuk dapat mencari peluang dalam mengembangkan bisnis atau usaha dengan cara memberikan bantuan berupa asisten akuntansi digital yang praktis dan fungsional. Kawan entrepeneur dapat menghubungi kontak yang tertera pada website ini jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang produk unggulan kami. Terus nantikan kabar terbaru lainnya dari Ismesoft. Bagi kawan entrepeneur yang telah bekerja sama dengan Ismesoft, yuk tulis pengalaman yang kawan rasakan di kolom komentar ya. Nantikan terus tips, tutorial dan konten Ismesoft lainya yaa. Cuma di Ismesoft anda bisa menikmati kemudahan dalam mengatur keuangan tanpa repot menghitung! Cek website kami di Ismesoft.com